Model Fleksibel Tas Petugas Haji Indonesia

Para petugas haji Indonesia memang tidak pernah dianjurkan untuk membawa makanan atau bungkus minuman ukuran sedang ke dalam Masjidil Haram. Namun sebagai petugas, tentu tidak salah jika ada yang berhasil membawa sekedar makanan dan tempat minuman untuk perbekalan selama beraada di dalam Masjidil Haram.

Namun keinginan untuk membawa masuk perbekalan ke dalam Masjid Nabawi tampaknya harus dipikirkan ulang. Para askar dan petugas Haiah Amar Maruf Nahi Mungkar akan mencegat dan melarang Anda masuk Masjidil Haram dengan tas besar. Mereka hanya akan memperbolehkan seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, masuk dengan membawa tas pinggang kecil saja.

Lalu, apakah Anda pernah mengira bahwa mungkin tas punggung petugas haji Indonesia didesain untuk "menyelinap" di Masjidil Haram? Mungkin kita tidak pernah berpikir bahwa tas petugas petugas haji yang didesain dengan dua model fleksibel, yakni dengan model tas punggung (ransel) dan tas cangklong.

Tas petugas haji Indonesia versi departemen agama rupanya didesain untuk lolos pemeriksaan para askar dan petugas Haiah Amar Maruf Nahi Mungkar yang selalu mengawasi jamaah yang akan masuk. Para askar dan petugas Haiah Amar Maruf Nahi Mungkar melarang tas punggung yang akan dibawa masuk ke Masjidil Haram, Namun mereka membiarkan tas-tas yang dicantolkan di pinggang untuk tetap masuk.

Ini berarti, jika para petugas haji Indonesia yang sedang menggendong tasnya, dicegat oleh askar dan petugas Haiah Amar Maruf Nahi Mungkar, maka cukuplah berbalik dan mengganti model tasnya menjadi tas cangklong. Ini juga berarti tas petugas haji Indonesia versi Kementerian Kesehatan tidak dapat lolos karena tidak memiliki mode cangklong.

Meskipun demikian, bukan berarti para petugas harus meninggalkan tasnya di dalam kamar. Para petugas dapat tetap dapat membawa tasnya dan ditempatkan di loker di halaman, sebelum memasuki pintu Masjidil Haram yang dijaga semakin ketat oleh askar dan para petugas Haiah Amar Ma`ruf Nahi Mungkar.

Semakin besar tas yang dapat dibawa masuk ke Masjidil Haram, berarti semakin lama kesempatan untuk bertahan di dalamnya. Dengan tas yang besar, kita dapat membawa makanan dan minuman, sehingga tidak cepat-cepat ingin keluar jika perut mulai keroncongan. Ingat, di Masjidil Haram tidak ada pedagang asongan. Tas yang besar juga berarti kita dapat membawa sajadah kesukaan untuk digunakan sebagai alas sholat di Masjidil Haram.

Sekedar gambaran, jamaah asal Turki memiliki tas berukuran tanggung. Lebih kecil dari tas ukuran standar di Indonesia, namun lebih besar dari tas pinggang. Ini berarti mereka diijinkan masuk membawa tasnya. Sedangkan jamaah asal Afganistan, biasanya memakai tas punggung yang digendongkan ke tubuh dengan menggunakan tali seukuran jari kelingking. Ini juga berarti mereka dapat lolos dari pemeriksaan askar dan para petugas di Masjidil Haram. (syaifullah amin/mch madinah)