Gus Mus Muhibah ke Eropa Bawa Pesan Islam Damai

Wakil Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) akan melakukan kunjungan ke Uni Eropa untuk bertemu para pemimpin di sana. Demikian disampaikan Gus Mus kepada Wartawan di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (23/9).  "Saya akan utarakan apa yang saya mengerti dan menurut saya benar kepada para pemimpin negara Barat supaya terjadi pemahaman dua arah,"  Gus Mus.

Menurut Gus Mus, pandangan masyarakat, terutama masyarakat Barat terhadap Islam saat ini sudah semakin buruk. Islam sudah dianggap menjadi laknat bagi sesama.

"Padahal, Islam itu agama yang rahmatan lil-alamin, rahmat bagi alam," ujarnya.

Para ulama harus memperbaiki citra Islam menjadi lebih baik. "Kita harus kembalikan Islam kepada hakikatnya yang bisa menjadi rahmat bagi sesama," ungkapnya.

Ditambahkannya, Islam yang dipahami kelompok-kelompok garis keras, termasuk kelompok teroris, merupakan Islam yang kebablasan. Perlu adanya pembenahan dalam dakwah Islam dan pelurusan akidah-akidah Islam.

"Saat ini ada dua macam orang yang tidak mengerti Islam. Yang satu tidak mengerti tapi mau belajar, dan yang satu lagi tidak mengerti tapi tidak mau belajar dan merasa paling mengerti. Kelompok yang kedua inilah yang membuat hancur," ungkap Gus Mus.

Karena perbuatan sekelompok orang yang mengatasnamakan Islam, menurut Gus Mus, Islam tidak lagi dianggap sebagai agama yang membawa rahmat bagi dunia.

Media Massa Sangat Berperan Membelokkan Citra Islam
Demi persaingan rating dan memperebutkan perhatian publik, media massa cenderung memberitakan sesuatu yang sensasional saja. Sehingga media juga sangat berperan dalam membelokkan citra dan penilaian masyarakat atas segala hal.

Dalam hal ini, Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Bisri (Gus Mus) menilai, Islam merupakan salah satu korban media dalam memperebutkan rating. Penilaian ini merujuk pada berita-berita media massa yang lebih banyak mengabarkan suara-suara atau tindakan dari orang-orang yang kurang paham terhadap Islam. Sedangkan ajaran dan praktek Islam yang damai dan toleran tidak banyak muncul dalam headline media massa.

Demikian diungkapkan Gus Mus kepada para wartawan di Jakarta, Kamis (23/9). Menurut Gus Mus, Islam yang tampil dengan damai tidak berada di pusat-pusat informasi dan komunikasi publik, sehingga Islam damai dan rahmatan lil'alamin hanya terdengar lirih.

Ketika ditanya seorang wartawan dari Voice of America (VOA) mengapa NU tidak bersuara mengenai kekerasan yang kerap terjadi belakang ini, Gus Mus menjawab, "Anda tidak mendengar saja. Kami PBNU, dan para pengurusnya semua menyuarakan perdamaian. Bahkan kami melakukan koordinasi dengan para pengurus di daerah konflik."

Lebih lanjut Gus Mus menegaskan, PBNU mewakili Islam yang mayoritas di dunia menyatakan bahwa Islam adalah agama rahmat untuk alam semesta (Islam rahmatan lil'alamin).

"Kenapa saya katakan mayoritas? Karena NU adalah Islam mayoritas di Indonesia. Sedangkan Islam di Indonesia merupakan Islam yang terbesar di dunia," pungkas Gus Mus sembari berseloroh. (nuonline)