LPTNU Bikin Tiga Model Pengembangan Pendidikan Tinggi

Jumlah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Lanjah Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) lebih dari 200 buah. Meskipun demikian, perlu kerja keras untuk membuat perguruan tinggi tersebut layak untuk dibanggakan dan bersaing dengan perguruan tinggi lain.

Ketua LPTNU Dr Nur Ahmad menjelaskan, fihaknya memiliki tiga model dalam pengembangan perguruan tinggi NU, pertama, dalam bentuk franchise atau percontohan yang sudah bagus, kemudian disebarkan ke seluruh perguruan tinggi NU sudah ada.

“Nanti ada standarisasi kurikulum, dosen, manajemen, penataan atau penggunaan lahan, dan sebagainya. Standarisasi ini terus kita tingkatkan dari waktu ke waktu sampai mencapai kualitas internasional,” katanya kepada NU Online baru-baru ini.

Konsep kedua adalah, pengembangan perguruan tinggi yang sudah ada dengan melihat kebutuhan pasar. “Perlu evaluasi program yang sudah ada untuk melihat kebutuhan pasar, kalau perlu membuka yang baru,” tuturnya.

Ketiga, membuat perguruan tinggi baru. Ini target kepengurusan NU yang sekarang. Ia menargetkan dalam lima tahun mendatang mampu membikin lima universitas baru, satu di Jakarta, dua di Sumatra dan dua di Kalimantan.

“Di Jakarta ini kita harapkan menjadi universitas baru yang besar. Insyaallah tanahnya sudah ada sehingga memudahkan kami. Kebetulan sekarang ini kami sedang menyusun kepanitiaan, tim dan proposal dan draft akademik untuk perguruan tinggi ini,” terangnya.

Jika tahapan-tahapan proses peningkatan kualitas ini bisa dilakukan secara berkelanjutan, ia yakin, perguruan tinggi NU ke depan akan menjadi perguruan tinggi modern dengan program studi sesuai kebutuhan di ASEAN.

“Kita harapkan ini akan menjadi perguruan tinggi internasional dan nasional. Internasional dalam konteks networking, pengembangan pasar dan sekaligus program studi dan kurikulumnya. Nasional sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia,” imbuhnya.

Kebutuhan SDM yang mumpuni di Indonesia sangat diperlukan mengingat banyak sumberdaya alam, tetapi belum dikelola dengan baik. Indonesia Timur merupakan daerah yang kaya, tetapi masyarakat yang terlibat didalamnya masih kecil.

“Freeport masih dikuasai asing, hutan dikuasai asing, masih ada pencurian di laut sehingga ikan dikuasai orang asing. Pertambangan di bawah laut juga belum bisa dilakukan orang Indonesia sendiri. Ini problem dan kita harapkan bisa mengarah ke sana, termasuk bagaimana menyelesaikan persoalan Indonesia di bagian barat,” katanya. (mkf)