Relawan Sukun Jadi Korban Merapi

Tim relawan Merapi dari Kota Malang berduka. Salah satu anggota relawan asal Karang Taruna Wirabakti Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun meninggal saat menunaikan tugas menjadi relawan di Boyolali Jawa Tengah.

Hero Adhi Yanto, warga Bandulan Gg 1 nomor 4 RT 7 RW 4 Kelurahan Bandulan Kecamatan Sukun meninggal, Minggu (14/11) kemarin sekitar pukul 19.30 Minggu di RS Muhammadiyah Boyolali Jawa Tengah, setelah dirawat sejak Sabtu pagi. Yanto diduga meninggal karena serangan sesak nafas dan asam urat akut serta diabetes saat menjalankan misi membantu pengungsi korban letusan Merapi di Boyolali Jawa Tengah.

Kemarin, jenazah pria 40 tahun kelahiran Palembang Sumatera Selatan itu, tiba di rumah duka sekitar pukul 14.30. Puluhan anggota SAR Satuan Tanggap Bencana (Satgana) Kota Malang dan Satuan SAR Trenggana Kota Malang, ikut menyambut kedatangan jenazahYanto.
Isak tangis terdengar mengiringi kedatangan jenazah alumnus Sospol Universitas Merdeka Malang yang sudah disimpan dalam peti berwarna putih yang diangkut oleh ambulance Rumah Sakit dari Boyolali.

Putra bungsu dari lima bersaudara pasangan Abu Mansyur Rahman (alm) dan Zaihawanu ini berangkat bersama empat rekan lainnya anggota Karang Taruna Bandulan pada 10 November dari Stasiun KA Kota Baru Malang.
Mereka antara lain Hadi Sucipto, Arif R, Chris Bernando dan Nanang S. Setidaknya mereka akan bertugas menjadi relawan selama 15 hari di Merapi.

Hingga Senin kemarin, tiga dari lima anggota masih meneruskan misi menolong korban Merapi, sementara Hadi Sucipto alias Kecik memilih kembali lebih awal untuk menghantarkan jenazah sahabatnya. ’’Saya ingin mengantarkannya sekalian pulang, mungkin nanti akan naik (ke Merapi) lagi,’’ kata Hadi kemarin.

Hadi memaparkan, pada awalnya seluruh tim telah melakukan cek kesehatan dan dinyatakan lolos sebelum berangkat. Begitupun dengan Yanto, aktivis karang taruna itu terlihat sehat saat berangkat.

Yanto yang berkepribadian ramah dan mudah bergaul, pada penugasan awal ditempatkan pada pos logistik dan dapur umum di Boyolali Jawa Tengah, sementara beberapa rekan lainnya ikut membantu di pos lain.

Pada awalnya, Hadi melihat rekannya sangat gembira dan terlihat menikmati posnya, namun karena terlalu banyak beraktifitas, pada Sabtu pagi usai mengepak sejumlah logistik dalam gudang, pria berbadan tegap ini mengeluh kelelahan dan sulit bernafas.

Karena keluhan tidak kunjung mereda, Minggu pagi Hadi melarikan Yanto ke RS Muhammadiyah untuk mendapatkan perawatan yang memadai. ‘’Saya memutuskan membawa ke RS setelah ada lebam di dadanya,’’ jelas Hadi.

Kondisi yanto yang juga sering di sapa Rawedeng, merunut sebuah nama tokoh besar dalam trah kerajaan Jawa, ternyata tak kunjung membaik.

Diduga penyakit diabetes dan asam urat akut yang diidap Yanto semakin memperburuk kondisi fisik Yanto. Menurut salah satu kakak Yanto, Anita Kurniawati, adik bungsunya itu memang sudah lama mengidap dua penyakit itu.

Hanya saja ketika berangkat tidak terlihat gejala kambuh sehingga keluarga pun mengizinkan pria lajang itu berangkat menjadi relawan ke Merapi.
‘’Kabarnya setelah sempat tidak sadar beberapa saat, adik saya meninggal pukul 19.30 malam,’’ tutur Anita tabah. Jenazah Yanto dimakamkan di TPU Bandulan Sukun sore kemarin. (pit/avi)

sumber : malang post