Pencarian
Polling
Bagaimanakah Website Masjid Agung Jami Malang ?
 
Jumlah Pengunjung
mod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_countermod_vvisit_counter
mod_vvisit_counterHari Ini134
mod_vvisit_counterKemarin818
mod_vvisit_counterMinggu Ini2512
mod_vvisit_counterMinggu Lalu7641
mod_vvisit_counterBulan Ini6307
mod_vvisit_counterBulan Lalu36997
mod_vvisit_counterJumlah3381604

We have: 12 guests, 1 bots online
IP: 13.59.218.38
08 Apr, 2025



PostHeaderIcon Terbaru


Warning: Creating default object from empty value in /var/www/vhosts/masjidjami.com/httpdocs/modules/mod_latestnews/helper.php on line 109

Warning: Creating default object from empty value in /var/www/vhosts/masjidjami.com/httpdocs/modules/mod_latestnews/helper.php on line 109

Warning: Creating default object from empty value in /var/www/vhosts/masjidjami.com/httpdocs/modules/mod_latestnews/helper.php on line 109

Warning: Creating default object from empty value in /var/www/vhosts/masjidjami.com/httpdocs/modules/mod_latestnews/helper.php on line 109

Warning: Creating default object from empty value in /var/www/vhosts/masjidjami.com/httpdocs/modules/mod_latestnews/helper.php on line 109

Andaikata Lebih Panjang

Seperti yang biasa dilakukan, ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia, Rasulullah SAW mengantar jenazahnya sampai ke makam. Kemudian pada saat pulangnya disempatkan singgah ke rumah duka untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum, supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah.

Ketika bertemua denga ahli warisnya, Rasulullah SAW bertanya, "Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?"  Istrinya menjawab, "Saya mendengar dia mengatakan sesuatu di antara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal."

"Apa yang dikatakan? tanya Rasulullah lagi. "Saya tidak tahu, ya Rasulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum meninggal. Ucapanya sulit dipahami, lantaran kalimatnya terpotong-potong."

Bagaimana bunyinya?" desak Rasulullah.

Istri yang setia itu menjawab. "Suami saya mengatakan, Andaikata lebih panjang lagi….Andaikata yang masih baru…. Andaikata semuanya ….Hanya itulah yang tertangkap, sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu hanya igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?"

Rasulullah tersenyum. "Sungguh, yang diucapkan suamimu itu tidak keliru," tuturnya. Rasulullah kemudian melanjutkan ceritanya. Pada suatu hari dia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan salat Jum’at. Di tengah perjalanan, dia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Lantas suami  wanita tadi membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, dia menyaksikan pahala amal salehnya itu. Lalu dia pun berkata, ‘Andaikata lebih panjang lagi.’ Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanya lebih besar pula."

"Ucapan lainnya, ya Rasulullah?" tanya sang istri tersebut dengan penasaran.

Nabi menjawab, "Adapun ucapannya yang kedua, dikatakan tatkala, dia melihat hasil perbuatannya yang lain. Pada hari berikutnya, di  pergi ke masjid pagi-pagi, sementara cuaca dingin sekali. Di tepi jalan dia melihat seorang laki-laki tua yang tengah duduk menggigil hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka dia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhir, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu, sehingga dia pun menyesal dan berkata, ‘Coba, andaikata yang masih baru yang kuberikan kepadanya, dan bukannya mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi.’ Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya."

"Kemudian, ucapannya yang ketiga. Apa maksudnya, ya Rasulullah?" tanya sang istri lagi.

Dengan sabar Nabi menjelaskan, "Ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau segera menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging dan mentega. Namun, tatkala hendak dimakan, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu, satunya dimakan. Pada waktu suamimu nazak, dia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalnya itu. Karenanya, dia pun menyesal dan berkata ‘Kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi separuh. Sebab, andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti pahalaku akan berlipat ganda.’ Begitulah Keadilan Tuhan.

Pada hakikatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah SWT. Sama halnya jika kita berbuat jahat. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri. Karena itu, Allah mengingatkan: “Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula."
(QS. Al Isra’: 7)

 
Selamat Datang di Website Resmi Masjid Agung Jami Malang - Indonesia , Kirimkan Kritik, Saran dan Informasi ke admin@masjidjami.com